Saat berdiri di puncak bukit paling selatan di Dusun Kendal, kita tidak hanya melihat pemandangan indah, tetapi juga menapaki jejak peradaban purba. Inilah kisah tentang bagaimana alam membentuk lembah, dan bagaimana kisah itu diwariskan dari generasi ke generasi.
Dari ketinggian Dusun Kendal, mata kita disuguhi sebuah panorama yang bukan sekadar pemandangan biasa. Di hadapan kita, terbentang sebuah lembah luas yang memanjang, sebuah ‘bekas’ dari aliran sungai raksasa yang pernah mengalir di sini jutaan tahun lalu: Bengawan Solo Purba.
Jejak peradaban geologi ini terukir begitu jelas di tanah Dusun Kendal. Kita tidak bisa melihat sungainya karena memang sudah kering, tetapi kita bisa menyaksikan bekas-bekas jalur aliran sungainya yang luar biasa, berkat lokasi dusun kita yang unik.
Jendela Waktu di Atas Perbukitan
Dusun Kendal tidak berdiri di atas dataran rendah. Sebaliknya, dusun ini berada di atas perbukitan batuan keras, yang merupakan fondasi kokoh dan saksi bisu dari sejarah geologi. Jutaan tahun lalu, perbukitan ini adalah dinding kokoh yang mengapit aliran Bengawan Solo Purba. Sungai itu lebarnya berkilo-kilometer, jauh lebih besar dari Bengawan Solo yang kita kenal sekarang.
Akibat proses geologi yang dinamis, seperti pergeseran lempeng tektonik, aliran sungai ini berpindah ke utara. Namun, jejak lembah raksasa yang ditinggalkannya tetap ada. Pemandangan dari Dusun Kendal inilah yang menjadi jendela waktu kita. Dari atas bukit, kita bisa melihat cekungan luas yang membentang di bawah, sebuah lembah yang dulunya merupakan dasar sungai purba.
Kisah Turun-Temurun: Berjalan Kaki Menuju Pantai Sadeng
Keberadaan Bengawan Solo Purba tidak hanya tercatat dalam ilmu geologi, tetapi juga hidup dalam cerita turun-temurun para tetua. Mereka bercerita, untuk sampai ke Pantai Sadeng, beberapa warga Dusun Kendal harus berjalan kaki menembus lembah yang saat ini kita saksikan dari atas bukit. Perjalanan ini seakan menapaki jejak air yang pernah mengalir di sana, dari Bengawan Solo Purba hingga bermuara di laut.
Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa lembah yang kita lihat sekarang memang pernah menjadi jalur aliran air. Ini adalah bukti hidup yang menghubungkan sejarah geologi dengan pengalaman nyata para leluhur kita.
Kisah Dua Dusun: Kendal dan Wota-Wati


Kisah ini menjadi lebih menarik saat kita melihat kaitan dengan dusun tetangga kita. Dusun Wota-Wati yang sempat viral, berada tepat di bagian dasar lembah purba tersebut. Letaknya yang “tenggelam” dibawah lembah karena diapit oleh perbukitan batuan keras membuat Dusun Wota-Wati memiliki karakteristik geografis yang unik, di mana matahari baru muncul lebih siang dan tenggelam lebih cepat.
Hal ini menciptakan kontras yang menarik:
- Dusun Kendal berada di atas perbukitan, menawarkan pemandangan panorama luas ke arah lembah purba.
- Dusun Wota-Wati berada di dasar lembah, menjadi saksi bisu yang merasakan langsung dampak dari topografi warisan Bengawan Solo Purba.
Menapaki Jejak ke Puncak Pemandangan
Pemandangan ini adalah pengingat betapa kecilnya kita di hadapan kekuatan alam dan waktu. Jika Anda ingin menyaksikan sendiri keindahan jejak Bengawan Solo Purba, berikut adalah rute yang bisa Anda ikuti.
Anda bisa menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua melalui jalan makam Tengger. Setelah melewati makam, jalan akan menurun. Parkirkan kendaraan Anda di area yang aman karena jalur selanjutnya tidak bisa dilalui kendaraan.
Dari sana, belok kiri menuju alas Winong, lalu ikuti jalur ke arah selatan menuju alas Ngerpring. Setelah melewati kedua alas tersebut, Anda akan sampai di titik tertinggi Dusun Kendal. Dari sana, Anda akan disuguhi pemandangan lembah Bengawan Solo Purba yang memukau. Bahkan, pada hari yang cerah, garis pantai selatan terlihat jelas dari kejauhan, seolah melengkapi cerita aliran sungai purba yang bermuara ke laut.

Mari kita lestarikan keindahan ini. Ajak teman dan keluarga untuk datang ke Dusun Kendal, saksikan sendiri keindahan jejak Bengawan Solo Purba, dan rasakan sensasi berdiri di atas jendela waktu.